Salurkan Sumbangan Dana Pilihanraya Anda ke Parti Islam Se-Malaysia Kawasan Kota Tinggi

Salurkan Sumbangan Dana Pilihanraya Anda ke Parti Islam Se-Malaysia  Kawasan  Kota Tinggi
No Akaun : 01-069-01-003759-0

Pilihan Anda di PRU 13?


Ruang Aduan

E-mail Address: *
Nama Pengadu *
Nombor Telefon *
E-mail Address
Alamat Pengadu *
Aduan *
Adakah anda bersetuju untuk mendedahkan identiti anda sekiranya diperlukan? *YA
TIDAK

* RequiredBuild Contact Forms

June 09, 2008

Assalamu'alaikum... Tazkirah Hari Ini

DIPETIK DARI TAZKIRAH BERANTAI

Do'a yang Selalu Dikabulkan

Pagi itu, 3 Mei 1998, dari Jakarta, saya diundang untuk memberi pengisian di sebuah seminar di IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Saya duduk di kerusi kedua dari depan sambil menunggu kedatangan ahli panel yang lain, Mimin Aminah, yang belum pernah saya kenali sebelum ini.Jam sembilan tepat, pihak urusetia menghampiri saya dan memperkenalkan beliau yang baru saja tiba. Saya segera berdiri menyambut senyumnya yang lebih dulu tersimpul. Ia seorang yang bertubuh besar, ramah, dalam balutan jubah biru dan tudung putih yang cukup labuh. Kami berjabat tangan erat, dan saat itu jelas dalam pandangan saya dua crutch (tongkat penyangga yang dikenakan-nya) serta sepasang kaki lemah dan kecil yang ditutupi sarung kaki putih. Sesaat jiwa saya terkedu, lalu melafazkan kalimat takbir dan tasbih.Saat seminar dimulai, saya mendapat giliran pertama. Saya bahagia kerana para peserta nampak bersemangat. Begitu juga ketika giliran Mimin tiba. Semua memmerhatikan dengan sungguh apa yang disampaikannya. Kata-kata yang dikemukakannya indah dengan retorik yang menarik. Wawasannya luas, pengamatannya tepat.Saya tengah memandang wajah dengan pipi merah jambu itu saat Mimin berkata dengan nada datar. "Saya diuji Allah dengan cacat kaki ini seumur hidup saya."Ia tersenyum. "Saya lahir dalam keadaan seperti ini. Mungkin banyak orang akan pesimis menghadapi keadaan yang demikian, tetapi sejak kecil saya telah memohon sesuatu pada Allah. Saya berdoa agar saat orang lain melihat saya, tak ada yang diingat dan disebutnya kecuali Allah," Ia terdiam sesaat dan kembali tersenyum. "Ya, agar mereka ingat Allah saat menatap saya. Itu saja."Dulu tak ada orang yang menyangka bahwa ia akan mampu meneruskan penagjian. "Saya belajar di Fakulti Psikologi," katanya seraya menambahkan bahawa rakan-rakan lelaki dan wanita di Universiti Islam Bandung-tempat kuliahnya itu-sentiasa bergantian membantunya menaiki tangga bila kuliah diadakan di tingkat dua atau tiga. Bahkan mereka hafal masa ketibaan serta masa kuliah yang diikutinya. "Di antara mereka ada yang membawakan sebelah tongkat saya, ada yang memapah, ada juga yang menunggu di atas," kenangnya.Menurut Mimin ia sering mendengar orang menyebut-nyebut nama Allah saat menatapnya. "Mereka berkata: Ya Allah, mampu juga ya dia belajar," senyumnya mengembang lagi. "Saya bahagia kerana mereka menyebut nama Allah. Bahkan ketika saya berjaya menamatkan kuliah, keluarga, kerabat atau teman kembali memuji Allah. Alhamdulillah, Allah memang Maha Besar. Begitu kata mereka."Muslimah bersahaja kelahiran tahun 1966 ini juga berkata bahawa ia tak pernah ber-mimpi akan ada lelaki yang mau mengahwininyanya. "Kita tahu, terkadang orang normal pun susah mendapatkan jodoh, apalagi seorang yang cacat seperti saya. Ya tawakal saja."Makanya semua terkejut, ketika tahun 1993 ada seorang lelaki yang soleh dan normal melamarnya. "Dan lagi-lagi saat walimah, saya dengar banyak orang menyebut-nyebut nama Allah dengan takjub. Allah itu maha kuasa, ya. Maha adil! Masya Allah, Alhamdulillah, dan sebagainya," ujarnya penuh syukur. Saya memandang Mimin sedalamnya. Menyelami batinnya dengan mata berair."Lalu saat saya hamil, hampir semua yang bertemu saya, bahkan orang yang tak men-genal saya, menatap takjub seraya lagi-lagi mengagungkan asma Allah. Ketika saya hamil besar, banyak orang menyarankan agar saya tidak ke bidan, melainkan ke doktor untuk pembedahan. Bagaimana pun saat seorang ibu melahirkan otot-otot punggung dan kaki sangat berperanan. Namun saya pasrah. Saya merasa tak ada masalah dan yakin bila Allah berkehendak semua akan menjadi mudah. Dan Alhamdulillah, saya melahirkan lancar dibantu bidan," pipi Mimin memerah kembali. "Semua orang melihat saya dan mereka mengingat Allah. Allahu Akbar, Allah memang Maha Adil, kata mereka berulang-ulang."Hening. Ia terdiam agak lama.Mata saya basah, menyelami batin Mimin. Tiba-tiba saya merasa syukur saya teramat dangkal dibandingkan nikmatNya selama ini. Rasa malu menyergap seluruh kewujudan saya. Saya belum apa-apa. Yang selama ini telah saya lakukan bukanlah apa-apa.Astaghfirullah. Tiba-tiba saya ingin segera turun dari tempat saya duduk sebagai ahli panel sekarang, dan pertama kalinya selama hidup saya, saya menahan airmata di atas podium. Apakah orang ingat pada Allah saat memandang saya, seperti saat mereka memandang Mimin?Saat seminar selesai dan Mimin dibantu turun dari pentas, pandangan saya masih kabur. Juga saat seorang (dari dua) anaknya menerkam ke pelukannya. Wajah teduh Mimin tersenyum bahagia, sementara telapak tangan kanannya berusaha membelai kepala si anak. Tiba-tiba saya seperti melihat anak saya, yang selalu boleh saya gendong bila-bila saja saya suka. Ya, Allah betapa banyak kenikmatan yang Kau berikan padaku.Ketika Mimin ingin pulang seraya merangkul saya dengan erat dan berkata betapa dia men-cintai saya kerana Allah, seperti ada suara menggema di seluruh rongga jiwa saya. "Subhanallah, Maha besar Engkau ya Robbi, yang telah memberi pelajaran pada saya dari pertemuan dengan hambaMu ini. Kekalkanlah persaudaraan kami di Sabilillah. Selamanya. Amin."Mimin benar. Memandangnya, saya pun ingat padaNya. Dan cinta saya pada Sang Pencipta, yang menjadikan saya sebagaimana adanya, semakin mengkristal.

~ melukut.com ~
kota tinggi